Blogger Widgets

Senin, 12 Oktober 2015

MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
TUJUAN PEMBANGUNAN
EKONOMI INDONESIA

DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA









NAMA KELOMPOK:
1.Basilius
2.ERVINA DESIATI SERENG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS NEGERI MUSAMUS
 MERAUKE

BAB 2
TUJUAN PEMBANGUNAN
EKONOMI INDONESIA
DAN STRATEGI PENCAPAIANNYA


Apalagi makna pertumbuhan kalau bukan meningkatkan
 kehidupan masyarakat? United Nations,Human Development
Report,1995.
Tidak ada masyarakat yang makmur jika sebagian besar
Penduduknya beradadalam kemiskinan dan kesengsaraan _Adam
Smith 1776.
                           Masyarakat yang tidak adil secara sosial dan tidak
Mengupayakannya akan membahayakan masa depannya sendir,
Paus Johanes Paulus 11,Brazilia,1980.


Tujuan Bab
Setelah membaca bab ini Anda akan memahami:
·        Bahwa tujuan mendirikan Negara kesatuan Republik Indonesia dan oleh karenannya tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual.
·        Masyarakat makmur bisa diukur melalui besar pendapatan nasional (masyarakat) bersangkutan,makin besar secara rata-rata makin makmur masyarakat tersebut.
·        Masyarakat makmur bisa di juga di ukur melalui tingkat pertumbuhan pendapatan nasional (masyarakat) tersebut.
·        Satu masyarakat dikatakan adil tergantung dari pada bagaimana penghasilan nasionalnya dibagi antara anggotanya. Makin merata,sampai tingkat tertentu,makin adil masyarakat tersebut .Sebaiknya makin timpang pembagian penghasilan nasionalnya,makin kurang adil masyarakat tersebut.
·        Dinegara-negara maju tujuan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur dapat tercapai secara terpisah,masyarakat makmur dahulu,setelah itu baru dikejar pencapaian tujuan masyarakat adil makmur.
Tujuan mewujudkan masyarakat makmur dulu kemudian adil ini secara terpisa disebut tujuan makmur dan adil (Growth and Equity Objectives)
·        Di Indonesia  cara pencapaian tujuan masyarakat makmur dan adil seperti di Negara  maju pernah dilaksanakan,yakni sejak merdeka samapi permulaan pelita 111 masa pemerintahan Suharto (1979)
·        Cara pencapaian tujuan pembangunan ekonomi seperti yang diterapkan di Negara maju pernah di anggap tidak cocok diterapkan di Negara sedang berkembang (seperti Indonesia) dan oleh karenanya di ganti menjadi cara pencapaian bersama-sama yakni mencapai masyarakat makmur sekalugus dengan pembagian yang adil.Tujuan pencapaian yang demikian ini di sebut tujuan masyarakat  makmur dengan keadilan (Growth with Equity Objective)
·        Cara pencapaian tujuan pembangunan ekonomi secara bersama-sama dikenal dengan mengubah trilogy pembangunan pada awal pelita 111 dengan dikenalkannya delapan jalur pemerataan.
·        Tujuan pembangunan ekonomi di I ndonesia dapat pula dirumuskan sebagai tujuan untukmenciptakan masyarakatindonesian seluruhnya.
·        Tujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik ini mencakup tiga inti nilai pembangunan yakni,kecukupan,harga diri dan kebebasan manusia.kalau tujuan pembangunan di definisikan seperti ini maka alat ukur yang sesuai untuk itu adalah indeks perkembangan manusia (IPM)
·        Apa yang dipergunakan untuk menunjukan tujuan pembangunan ekonomi di in donesia ternyata bahwa kinerja perekonomian Indonesia,kecuali pada masa pemerintahan Sukarno ,termaksud pada kelompok menengah,tidak terlalu jelek dan tidak terlalu baik.pertumbuhan ekonomi sangat rendah karena pada masa pemerintahan sukarno dan pada masa krisis moneter tahun 1997-8


2.1   Pengantar 

       Tujuan mendirikan Republik Indonesia atau tujuan mengadakan pembangunanan ekonomi di Indonesia dapat ditemukan dalam Undang-Undang Dasar  (1945) pada pembukaannya, yakni,yang ada prinsipnya ,adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmu,material dan spiritual.Rumusan lain dapat ditemukan, misalnya :pada sila-sila pancasila,atau pada-pada terbitan-terbitan lain seperti memerangi kemiskinan ,kebodohan,dan sebagainya,atau dapat dilihat pada kutipan-kutipan diatas,dan malah pada pewayangan.Namun dalam Tulisan ini hanya di bahas tujuan yang paling umum yakni membangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.
      Dalam tulisan ini dapat di argumentasiakan bahwa masyarakat adil –makmur material dan spiritual dapat direfleksikan hanya pada masyarakat adil –makmur.Alasannya adalah bahwa aspek material dan spiritual dsari masyarakat di refleksikan melalui pendapatan (terutama pengeluran ) masyarakat,hal mana juga menggambarkan masyarakat adil-makmur .kita bisa mengelompokan pengeluaran masyarakat menjadi pengeluaran untuk kepuasan material dan kepuasan spiritual.
Pengeluaran untuk spiritual misalnya pengeluaran beramal ibada,untuk membeli alat-alat sembayang,peneluaran untuk naik haji,donasi di gerja,pengeluaran sehari-hari untuk sesajen (dibali),dan bahkan menabung agar dikemudian hari mampu menuaikan ibadah naik haji atau membangung pura keluarga,dan sebagainya.
Meskipun tidak seluruhnya benar,aspek materil dan spiritual dari masyarakat adil-makmur dibahas melalui tinggi/rendahnya pendapatan masyarakat (nasional).seabagai mana nantinya menjadi jelas bahwa aspek adil-makmur dibahas melalui tinggi rendahnya dan pendapatan distribusi pendapatan nasional,sama halnya dengan aspek material dan spiritual.
Dengan kata lain baik aspek material dam spiritual maupun aspek adil-makmur,keduanya akan dilukiskan oleh tingkat pendapatan (pengeluaran) yang diperoleh masyarakat,sehingga pembahasan tereduksi menjadi hanya masayarakat adil makmur.
       Dalam bab ini pertama-tama dibicarakan apa yang dimaksud dengan masyarakat dan bagaimana cara  mengukurnya,kemudian dilanjudkan dengan apa yang dimaksud dengan masyarakat adil dan cara mengukurnya.
Setelah pencapaian secara terpisah ini kemudian dibicarakan masayarakat adil makmur,sebagai satu kesatuan serta cara mengukur dan pencapaiannya.Akhirnya dibicarakan kalau tujuan pembangunan ekonomi di Indonesia ini adalah untuk mencapai masyarakat Indonesia seutuhnya yang lebih baik dalam segala hal.


2.2   Tujuan Masyarakat Makmur  

2.2.1 Pertumbuhan Ekonomi
          Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat tetangga adalah keluarga kaya,mereka mempunyai 2 mobil,3 sepeda motor,dan rumah,peralatan rumah tangga serta gaya hidup yang mewah.
Sedangkan dilain pihak kita juga mempunyai tetangga yang miskin,hidup pas-pasan.Apalagi mobil,sepeda gayung pun mereka tidak punya.Kita sering mendengar pernyatan bahwa keluarga yang disebut pertama adalah keluarga yang kurang makmur.Kalau demikian halnya,mungkin dapat dibenarkan kalau kita mengatakan bahwa ukuran untuk kemakmuran adalah tingkat pendapatan keluarga tersebut,atau dengan kata lain,tingkat pendapatan nasional perkapita.
      Namun salah satu tujuan pembangunan ekonomi pada umunya adalah agar pendapatan nasional (total maupun perkapita) tumbuh untuk memperoleh tingkat kemakmuran (pendapatan nasional) yang lebih tinggi.
Kalau demikian halnya,ukuran yang mengenai kemakmuran dapat dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan ekonomi (tingkat pertumbuhan pendapatan nasional).Hal yang terakir ini akan diikuti dalam tulisan ini.

2.2.2   Elemen Pertumbuhan Ekonomi(1)
                         Ada tiga factor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa.Ketiga factor tersebut adalah:
1.Akumulasi modal,yang meliputi semua bentuk investasi baru yang ditambahkan       pada tanah,peralatan fisik,dan modal atau sumber daya manusia.
2.Pertumbuhan penduduk,yang pada akhirnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja.
3.Kemajuan teknologi

        Akumulasi Modal.Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.Pengadaan pabrik baru,mesin-mesin,peralatan dan bahan baku meningkatkann stok modal (capital stok) fisik satu Negara yakni,nilai riil ”neto” atas seluruh bsrsng modal produktif yang bersifat output di masa-masa mendatang.investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengakapi dengan berbagai investasi “infrastruktur” ekonomi dan sosial.
Contonya adalah pembangunan jalan-jalan raya,penyedian listrik,persedian air bersih dan perbaikan sanitasi,pembangunan fasilitas komunikasi,dan sebagainya,yang kesemuanya itu mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang dan mengintegrasikan segenap aktifitas ekonomi produktif.Sebagai contoh,investasi yang dilakuan oleh seorang petani sayuran berupa pembelian sebuah traktor baru pasti dapat meningkatkan produksi sayurannya.Tetapi tanpa fasilitas transportasi (jalan dan/atau kendaraan)yang memadai guna mengangkat tambahan produksi tersebut ke pasar, maka investasi sang petani tersebut tidak akan banyak menambah produksi pangan nasional.
   Disamping invesatasi yang bersifat langsung,banyak cara yang bersifat tidak langsung untuk menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber daya.pembangunan sistem irigasi akan dapat memperbaiki kualitas tanah pertanian serta meningkatkan produktifitas lahan perhektar.Jika 100 hektar tanah irigasi dapat memproduksi output yang sama jumlahnya dengan yang dihasilkan oleh 200 hektar tanah tanpa irigasi,maka itu berarti pembangunan sistem irigasi tersebut sesungguhnya telah melipat gandajan kuantitas tanah.Demikian pula pemakaian pupuk buatan dan pestisida juga akan meningkatkan produktifitas sumber daya tanah.Dampak positif peningkatan seluruh stok tanah yang produktif untuk berbagai keperluan,sebenarnya identi dengan pembukaan lahan pertanian baru.
    Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia,sehingga pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi,bahkan akan lebih besar lagi mengingat terus bertambahnya jumlah manusia.Pendidkan formal,program pendidikan dan pelatihan dalam kerja atau magang,kursus,dan aneka pendidikan informal lainnya perlu lebih diefektifkan untuk mencetak tenaga terdidik dan sumber daya manusia yang terampil melalui investasi langsung dalam pembangunan serta pengadaan gedung-gedung,peralatan,dan bahan baku (misalnya buku-buku,proyektor film,computer,peralatan ilmiah,serta alat-alat dan mesin pendidikan kejuruan seperti mesin babat dan gerinda).Pendidkan guru yang bermutu dengan kurikulum yang tepat dan releven,sama halnya dengan penyediaan buku-buku ekonomi yang baik,pasti akan meningkatkan kualitas,kepemimpinan,dan produktifitas tenaga kerja.logika konsep investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dan penciptaan modal manusia (human capital) ini jelas dapat dianalogikan dengan peningakatan kualitas dan produktifitas sumber daya tanah melalui investasi strategis.
     Segenap kegiatan yang di sebutkan merupakan bentuk-bentuk investasi yang menjurus akumulasi modal.Akumulasi modal dapat menambah sumber daya baru (contohnya pembukaan tanah yang semulanya tidak ada ( misalnya,perbaikan sistem irigasi,pengadaan pupuk,pestisida).Satu hal penting yang harus dipahami selalu di tuntut adanya pertukaran komsumsi sekarang dan komsumsi akan mendatang.Artinya,pihak-pihak pelaku investasi harus bersedia mengorbankan pendapatan atau mengurangi komsumsi mereka pada saat sekarang ini demi memperoleh komsumsi yang lebih baik di kemudian hari,seperti mengorbankan pendapatan yang mungkin diperoleh saat ini jika bekerja dengan mengambil pendidkan lanjutan.
      Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk). Secara tradisonal dianggap sebagai salah satu faktof positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif,sedangakan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan pasar domestiknya.Meskipun demikian kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja benar-benar akan memberikan dampak positif atau justru negative terhadap pembangunan ekonominya.sebenarnya hal tersebut (positif atau negatifnya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi). Sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan angkatan kerja tersebut.Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjud di pengaruhi oleh tingakat dan jenis akumulasimodal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi.
      Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonomi dan kemajuan teknologi (technological progress) merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting.Dalam pengertiannya yang paling sederhana,kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaiakan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisonal seperti kegiatan menanam jagung,membuat pakayan,atau membangun rumah.Ada tiga jenis kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technologi progress),Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress),dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-technologi progre).
      Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi factor input yang sama.Inovasi yang sederhana,seperti pembagian kerja (semacam spesialisasi) yang mendorong peningkatan output dan kenaikan komsumsi masyarakat dan contohnya.Ditinjau dari sudut analisis kemungkinan produksi,perubahan teknologi yang netral yang melipat gandakan output.secara konseptual sama artinya dengan teknologi yang mampu melipatgandakan semua input produktif.Bertolak dari pemikiran itu,maka pergeseran kurva kemungkinan produksi ke arah luar dapat juga diartikan sebagai bukti telah terjadinya kemajuan teknologi yang netral.
      Sementara yaitu kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya,penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama).Pemakaian computer mesin teksil otomatis,bor listrik berkecepatan tinggi,traktor dan mesin pembajak tanah,dan banyak lagi jenis median serta peralatan modern lainnya dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja.Jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai kegiatan produksi mulai dari pengemasan kacang sampai dengan pembuatan sepeda dan jembatan semakin sedikit.
      Sedangkan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan fenomena relative langka.Hal ini dikarenakan hampir semua penelitian dalam dunia ilmupengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat tenaga kerja,dan bukan untuk menghemat modal.Di Negara-negara dunia ke tiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langaka modal,kemajuan teknologi hemat.modal merupakan sesuatu yang psling diperlukan.Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode produksi padat karya yang lebih efisien (yakni yang memerlukan biaya lebih rendah),misalnya mesin pemotong rumput berputar atau mesin pengayak dengan tenaga tangan,pompa penghembus dengan tenaga kaki,dan penyemprot tenaga mekanis diatas punggung untuk pertanian skala kecil.pengembangan teknik produksi di Negara-negara berkembang yang murah,efisien,dan padat karya (hemat modal)-atau teknologi tempat guna-merupakan salah satu unsur terpenting dalam strategi pembangunan jangka panjang yang berorientasi pada perluasan penyedian lapangan kerja.
      Kemajuan teknologi dapat juga meningkatkan modal atau tenaga kerja.kemajuan teknologi yang meningkat kan pekerja ( labor-augmenting tecnologocal progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau keterampilan angkatan kerja secara umum.Misalnya,dengan menggunakan videotape,televise,dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas,proses belajar bisa lebih lancar sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga lebih baik.Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-argumenting technological progress).jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang secara lebih produktif.misalnya penggantian bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

2.2.3   Pertumbuhan Ekonomi (Kurva kemungkinan produksi)1)  
             Dengan bekal pemanaman awal perihal dua komponen pertama dan utama dari pertumbuhan ekonomi itu,dan untuk sementara kita lupakan dahulu komponen yang ketiga (teknologi),kita dapat mempelajari interaksi yang berlangsung anatara kedua komponen utama tersebut melalui kurva kemungkinan produksi (production possibility) guna memahami peningkatan potensia total output dari suatu perekonomian.Pada tinkat penguasaan teknologi tertentu dan jumlah sumber daya manusia dan modsl fisik yang tertentu pula,kurva kemungkinan produksi memperlihatkan jumlah output maksimum yang  bisa di capai berupa kombinasi dua jenis komodit,Misalnya saja beras (padat karya) dan radio (padat modal atau teknologi),seandainya segenap sumber daya yang tersedia dalam perekonomian yang bersangkutan benar-benar digunakan secara penuh dan efisien.Peraga satu berikut memperlihatkan kurva-kurva kemungkinan produksi beras dan radio.
      Jika kita andaikan teknologi produksi sama sekali tidak mengalami perubahan,kuantitas sumber daya manusia dan fisik akan meningkatkan dua kali lipat sebagai hasil dari investasi pada pengadaan sumber daya yang baru,seperti menambah luas tanah,menambah modal,dan juga tenaga kerja.Pada peraga 1 terlihat bahwa peningkatan kualitas sumber daya sampai dua kali lipat akan menggeser kurva kemungkinan produksi keluar secara sejajar,dari p-p ke p’-p’.hal ini jelas menunjukan bahwa perekonomian atau Negara yang bersangkutan sekarang dapat memproduksi lebih banyak radio dan beras.


Peraga 2.1:Dampak kenaiakan Sumber Daya Manusia dan Fisik Terhadap batas kemungkinan produksi


   Radio


                                    P         p            Beras

Karena sejak semula bisa diasumsiakan bahwa perekonomian tersebut hanya memproduksi dua jenis barang saja,maka jelas peningkatan produksi beras dan radio langsung menambah total PNB (yakni jumlah seluruh nilai barang dan jasa yang diproduksi).Berkat kenaikan produksi itu,PNB Negara tersebut meningkat lebih tinggi dari sebelumnya.Dalam kalimat ini,Negara atau perekonomian tadi tengah mengalami proses pertumbuhan ekonomi.
      Perhatikan bahwa walaupun Negara tersebut beroperasi di bawah kapasitas sumber daya yang ada pada titik X pada peraga diatas,kenaikan sumber daya prodiktif tetap dapat meningkatkatkan output pada titik X ,meskipun disitu terdapat pengangguran dan penggunaan tranah dan modak dibawah kapasitas maksimal.Satu hal yang perlu dicatat disini adalah penambaha sumber daya belum tentu akan meningkatkan output (menciptakan pertumbuhan ekonomi).Hal ini merupakan satu keniskayaan atau kepastian yang berlaku sehingga menjadi satu hokum ekonomi,seperti telah di buktikan oleh Negara-negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya relative rendah.Selain itu pertumbuhan sumber daya ternyata tidak selalu merupakan syarat mutlak bagi adanya pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek,mengingat pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara lebih baik ternyata juga dapat meningkatkan output,seperti terlihat dari pergeseran dari titik X ke X’ pada peraga diatas.Meskipun demikian,dalam jangka panjang,peningkatan kualitas sumber daya yang ada serta investasi baru yang memperbanyak kuantitas sumber daya (menciptakan sumber-sumber daya yang baru) jelas merupakan syarat mutlak untuk mempercepat pertumbuhan output nasional.

2.2.4   Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
             Sejalan dengan pendapat kebanyakan ekonom bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber pertumbuhan yang paling penting,Presiden Sukarno pada sekitar tahun 1960 menyarankan agar bangsa Indonesia loncat jauh (frog jump) dalam pemilihan teknologi.Artinya adalah bahwa kita sebaiknya memakai teknologi yang suda using di Negara maju,maka jumlah produksi nasional akan meloncat jauh dan mungkin akan mampu mendekati produksi nasional Negara-negara maju.sehubungan dengan anjuran ini,Indonesia tidak memperkenankan impor barang modal bekas.Yang diimpor mestinya hanya mesin-mesin terbaru yang paling canggih untuk memacu pertumbuhan ekonomi.Kemudian sekitar 1970an telah diperkenankan teknologi penyosokan beras untuk mengganti teknologi untuk menumbuk beras,ani-ani di ganti dengan sabit,bajak dengan traktor dan banyak lagi kemajuan teknologi yang diterapkan disektor pertanian.Demikian juga halnya disektor lain,penerapamn teknologi baru di sector industry dengan memakai mesin pemintalan otomatis sebagai pengganti ATBM,pemakaian computer dan sebagainya.Namun barangkali dewasa ini,pintu impor barang bekas suda dibuka lagi,seperti misalnya impor pesawat terbang bekas dan modal lainnya.
      Akibat dari kebijakan teknologi pada bidang produksi dan pemasaran barang dan jasa di Indonesia diperoleh tingkat pertumbuhan pendapatan Nasional rata-rata per tahun seperti pada table berikut.
Tabel 2.1:pertumbuhan Pendapatan Nasional di Indonesia
Periode
(Tahun)
Persen /
Tahun
Tahun
Persen/tahun
Tahun
Persen
1953-1959
3,2
1993
6,46
2000
4,8
1960-1965
2,0
1994
7,34
..........
..........
1965-1971
6,o
1995
8,2
2004
5,0
1971-1977
7,9
1996
7,8
2005
5,7
..........
..........
1997
4,7
2006
5,5
1991
6,91
1998
-13,3
2007
6,3
1992
6,43
1999
0,3


Sumber:1953-1977 A.Booth dan P. Mc Cawley,1979:5
1991-1994:BPS seperti pada Hg.Suseno T.Widodo 1997:Tabel 2.5
1995-2000:BPS seperti pada Tambunan,2001:Tabel 2.2
2004-2007:BPS seperti pada BI LPI 2007 Tabel 2.7

     Tingkat pertumbuhan ekonomi ini di anggap sebagai tingkat perkembangan kemakmuran masyarakat Indonesia.Selama periode pemerintahan Orde Baru tingkat pertumbuhan ekonomi sangat rendah,yakni 3 persen untuk periode 1960-1965.Pada masa pemerintahan Suharto,tingkat partumbuhan ekonomi relatif tinggi,6 persen,7 persen,malah pernah mencapai 8 persen per tahun,untuk kemudian pada akhir masa jabatannya,1997,hanya mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 4,7 persen,dan pada tahun krisis ekonomi,1998 diperoleh pertumbuhan yang negative sebesar13,3 persen.Pada masa reformasi dan demokrasi,pertumbuhan mulai merangkak dari 0,3,persen pada tahun 1999,dan kemudian mencapai sekitar 4-6 persen sampai sekarang ini.

2.3  Tujuan Masayarakat Adil
2.3.1   Distribusi pendapatan
           Kalau di antara tetangga kita adalah seorang kepala rumah tangga  dengan lima anak dan semua anaknya (lkaki/perempuan)  disekolahkan dan semuanya diberi warisan tanah yang kurang lebih sama,mungkin kita mengatakan bahwa kepala rumah tangga tersebut adil kepada semua anaknya.Tetapi dilain pihak,satu keluarga juga mempunyai lima anak,hanya menyekolahkan anaknya yang laki-laki sedangakan anak perempuannya tidak sekolah.Tentu kita dapat mengatakan bahwa keluarga ini kurang adil dibandingkan dengan keluarga yang disebutkan yang pertama.Kalau demikian halnya,maka kita dapat mengatakan bahwa keadilan diukur melalui bagaiman kekayaan (pendapatan) didisribusikan diantara yang berhak .Makin merata pembagiannya makin adil dan sebaliknya makin timp[ang pembagiannya makin kurang adil.

2.3.2   Mengukur Masyarakat Adil
            Para ekonomi berusaha mengukur tingkat keadilan pembagian pendapatan nasionalsatu Negara dengan menghitung Rasio Gini dan Rasio Kunztes.Cara lain untuk mengukur ketimpangan pembagian penghasilan masyarakat adalah  dengan memakai kurva Lorenz,memakai kurva distribusi penghasilan fungsional dan memakai koefesien variasi distribusi pendapatan perorangan (rumah tangga).Namun,dalam bab ini hanya dibicarakan 2 cara yang pertama,oleh karena kedua cara ini saja yang digunakan diindonesia untuk mengukur ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat.
      Rasio Gini.Perangkat yang palingsering digunakan untuk mengukur derajat keadilan/ketimpangan pendapatan relative di suatu Negara adalah rasio gini.Rasio ini dapat dihitung dengan memakai rumus yang sangat rumis (kompleks) dan oleh karena rumusnya dan oleh karena rumus tersebut tidak di sajikan dalam buku ini.Rasio ini dikenal dengan nama rasio konsentrasi gini (Gini concentration ratio) atau sederhananya di sebut koefesien Gini (Gini coeffient) mengambil dari ahli statistik italia yang merumuskannya pertama kali pada tahun 1912
      Rasio ini dikenal dengan ukuran ketimpangan agregrat yang angkatan berkaisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna).Pada prakteknya,koefisien gini untuk Negara-negara yang derajat ketimpangannya tinggi berkaisar antara 0,50 hingga 0,70,sedangakan untuk Negara-negara yang distribusi pendapatannya relatif merata,angkanya berkaisar antara 0,20 hingga 0,35.Gini rasio antara 0,36 samapai 0,49 menunjukan pembagian pendapatan dengan keadilan yang sedang.
      Rasio Kuznets.Rasio ini adalah perbandingan antara jumlah pendapatan dari 40 persen individu (rumah tangga) termiskin dengan jumlah pendapatan dari 20 persen individu (rumah tangga)terkaya.Rasio ini diberi nama sesuai dengan nama penganjurnya,yakni nama pemenang hadia Nobel Simon Kunznets.Cara menhitunya adalah pertama-tama kita harus mempunyai pendapatan (per tahun) dari semua individu (rumah tangga) di Indonesia,katakanlah sejumlah 60 juta rumah tangga.Atur pendapatan per rumah tangga tersebut dari yang paling rendah sampai rumah tangga yang paling kaya.Kemudian dihitung 40 persen dari seluruh jumlah rumah tangga di Indonesia (atau 24 juta rumah tangga) yang termiskin dan beberapa jumlah pendapatan mereka.katakanlah sebagai cntoh  jumlah seluruh pendapatan pada tahun bersangkutan.Selanjutnya kita mencari 20 persen dari seluruh rumah tangga (atau sejumlah 12 juta rumah tangga) yang terkaya dan hitung jumlah pendapatan mereka.sekali kali,sebagai contoh katakanlah jumlah pendapatan mereka sebesar 50 persen dari seluruh pendapatan pada tahun bersangkutan.Dalam hal ini,rasio Kuznets adalah 15 persen dibagi 50 persen=0,30. Sebenarnya tidak ada kriteria yang pasti berapa rasio Kuznets untuk kita dapat katakandistribusi pendapatan sangat timpang,ataun sedang,dan relatif baik.Sebagai pegangan mungkin dapat dikatakan bahwa nilai rasio Kuznets dari 0,20 sampai 0,33 menunjukkan pembagian yang sangat timpang,0,34 sampai 0,40 menunjukkan distribusi yang relatif baik.Distribusi pendapatan dari contoh kita diatas ternyata sangat timpang.
      Dalam buku lain mungkin anda melihat rasio Kuznets yang di hitung secara terbalik dari pada cara diatas,yakni jumlah pendapatan dari 20 persen terkaya di bagi dengan jumlah pendapatan dari 40 persen rumah tangga termiskin.Dalam hal ini dari contoh 15 persen =3,33.Nilai rasio antara 5 sampai 3 (pendapatan dari 20 persen rumah tangga terkaya adalah 3 sampai 5 kali dari jumlah pendapatandari 40 persen penduduk termiskin,merupakan yang sangat timpang.ketimpangan sedang apabila nilai rasio Kuznets berkisar antara 2 sampai 3,dan ketimpangan baik kalau nilai rasio Kuznetsnya lebih kecil dari 2.

2.3.3   Pencapaian Masyarakat Adil di Indonesia  
            Pemerintah Indonesia telah berusaha memperbaiki keadilan pembagian pendapatan nasionalnya dengan menjalankan berbagai kebijaksanaan ekonomi.sesungguhnya setiap kebijaksanaan ekonomi pemerintah bersifat memperparah ketimpangan (kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih menguntungkan kaum kaya di bandingkan dengan kaum miskin),atau bersifat mengurangi ketimpangan (kalau kebijaksanaan tersebut bersifat lebih menguntungkan kaum kaya dibandingkan kaum miskin).Dibawah ini disajikan beberapa kebijakan pemerintah yang bersifat memperbaiki dan memperburuk kesenjangan distribusi pendapatan nasional.
1.Undang-undang pokok agrarian tahun 1960.Dalam undang-undang ini ditentukan batas maksimum pemilikan tanah sawah atau tanah tegalan atau gabungan dari keduanya.Luas maksimum kepemilikan hanyalah 9 hektar untuk tanah tegalan per keluarga petani dan halnya 7,5 hektar untuk sawah dan tegalan.Maksud dari pembatasan ini adalah agar supaya tidak terjadi ketimpangan yang mencolok dalam hal kepemiolikan tanah.
2.Pajak penghasilan untuk perorangan dan untuk badan (dari laba).Dari sejak pemerinthan belanda sampai sekarang ini pajak selalu bersifat progresif,yakni makin besar pendapatan seorang (laba satu perusahaan) makin tinggi persentase pajaknya.Dengan sifat pajak seperti ini diharapkan distribusi pendapatan antar perorangan (rumah tangga) lebih menjadi merata.
3.Berbagai kebijaksanaan kredit perbankan yang memihak kepada rakyat kecil (kaum yang lebih rendah penghasilannya), seperti misalnya kredit investasi kecil KIK), kredit modal kerja permanen (KMKP),kredit usaha tani (KUT),kredit usaha kecil (KUK),kredit program bimas padi,bimas palawija,dan sebaginya yang khusus untuk petani,untuk menyebut beberapa saja.
4.Berbagai program pengeluaran pemerintah yang lebih memihak kepada mereka yang berpenghasilan rendah,seperti misalnya pengeluaran pemerintahan secara besar-besaran untuk membangun dam,waduk dan saluran irigasi untuk para petani,pengeluran pemerintah untuk kesehatan dak keluarga berencana dan wajib belajar Sembilan tahun dan sebagainya.
5.Berbagai kebijakan jaringan pengamanan sosial yang dilaksanakan baru-baru ini yang bersifat khusus untuk menerangi kemiskinan seperti misalnya beras untuk orang miskin (raskin),jaminan kesehatan (jamkesmas),bantuan langsung tunai (BLT).PNPM Mandiri (pemberdayaan masayarakat mandiri untuk kaum miskin),berbagai jenis subsidi untuk para petani,dan sebagainya.
      Kesemua kebijakan ini dimaksudkan untuk mengurangi kesenjangan pembagian pendapatan nasional,atau dengan kata lain untuk mencapai pembagian pendapatan yang adil di antara masyarakat di Indonesia .Namun saying sekali bahwa kebijaksanaan pemerintah yang tujuannya untuk orang miskin sebagian,dan malah sebagian besar dinikmati oleh golongan yang lebih kaya yang tidak dimaksudkan program tersebut.Sebagai contoh,misalnya banyak sekali petani kaya yang dapat terhindar dari ketentuan pada undang-undang pokok Agraria,banyak kaum kaya dan pengusaha yang da[pat dengan liciknya bebas dari aturan pajak,tidak sedikit kredit yang dimaksudkan untuk orang miskin diterima oleh masyarakat yang lebih kaya,pengeluaran untuk irigasi dan pendidikan lebih banyak dinikmati oleh orang kaya,dan terakir raskin,BLT,dan jamkesmas dinikmati oleh orang yang tidak berhak.
      Disamping kebijaksanaan tersebut diatas yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan pembagian pendapatan nasional,ternyata pemerintah juga melaksanakan kebijaksanaan yang mengutakan orang kaya,atau membuat modal menjadi lebih murah dari semestinya dan membuat tenaga kerja relative mahal,sehingga kaum pengusaha dan investor lebih memilih teknologi yang padat modal,memerlukan lebih sedikit tenaga kerja yang murahnya memperburuk distribusi pendapatan nasional.Diantara kebijaksanaan yang ternyata lebih memihak kepada kaum kaya atau menyebabkan kaum modal relative murah,antar alain adalah:
1.Undang-undang pemadaman modal asing,yang memberi fasilitas kepada investor asing (investor besar) untuk menanamkan modalnya dalam negeri.
2.Undang-undang penanaman Modal Dalam Negeri,yang menyediakan fasilitas kredit kepada investor besar dalam negeri untuk lebih aktif dalam pembangunan ekonomi.
3.Kredit dan bantuan LIkiuditas Bank Indonesia,yang memberikan fasilitas kredit  dengan bunga yang relative rendah atau malah tanpa bunga kepada bank nasional yang mengalami kesulitan likuiditas.
4.Tingkat bunga kredit yang relatif lebih rendah untuk investasi jangka panjang dibandingkan dengan tingkat bunga untuk kredit komsumtif.
5.Pembebasan bea masuk bagi investor yang memasukan barang modal dari luar negeri.
6.Nilai rupiah yang dibuat terlalu mahal (over valued currency) oleh pemerintah terhadap mata uang asing (terutama US$)sehingga pemerintah berkali-kali melaksanakan kebijaksanaan devaluasi nilai rupiah.

      Dengan mengingat kekuatan-kekuatan yang memperkecil dan memperbesar ketimpangan pembagian pendapatan diatas,maka di peroleh ukuran distribusi pendapatan nasional yang diukur dengan Gini Rasio (1965-2007) dan rasio Kuznets (2002-2007) sebagai dibawah ini.

Tabel2.2:Gini Rasio di Indonesia,1965-2007
Tahun
Gini Rasio
Tahun
Gini Rasio
Tahun
Gini Rasio
1965
1970
1976
1978
1980
1981
1984
0,35
0,35
0,34
0,40
0,34
0,33
0,33
1986
1987
1990
1993
1994
1995
1996
0,33
0,32
0,32
0,34
0,34
0,35
0,36
1997
2002
2003
2004
2005
2006
2007
0,37
0,33
0,32
0,32
0,36
0,33
0,37
Sumber:1965-1997:BPS seperti pada tahun 20011:table 3.3
               2002-2007:BPS seperti pada BI LPI 2007
Tabel 2.3:Persentase Pendapatan yang diterima oleh berbagai Kelompok                            penduduk di Indonesia ,2002-2007
Kelompok Penduduk
2002
2003
2004
2005
2006
2007
(1).40%Termiskin
(2).4o%Menengah
(3).20%Terkaya

20,92
38,89
42,19





Rasio Kuznets(3):(1)
                         (1):(3)
2,07
0,45
2.06
0,49
2,03
0,49
2,38
0,42
2,13
0,47
2,35
0,43
Sumber:BPS seperti pada BI LPI 2007
        Sayang sekali tidak diperoleh data mengenai ketimpangan distribusi pendapatan Indonesia untuk seluruh periode.Namun dapat diduga bahwa distribusi pendapatan selama pemerintahan sukarnn mungkin mempunyai nilai gini yang relatif lebih besar dari pada koefisien Gini pada pemerintahan sukarno.Sejak tahun 1965 dan setiap tahun setelah itu koefisien gini tercatat sekitar 0,35,kecuali pada tahun 1978.Pada waktu mana koefisien Gini tercatat paling tinggi sebesar 0,40,untuk kemudian menurun lagi mencapai 0,32pada tahun 1989-90.Namun nilai tersebut meningkat lagi pada tahun-tahun krisis ekonomi pada tahun 1997-98 mencapai 0,37.Secara umum dapat dikatakan bahwa disribusi pendapatan yang ditunjukan oleh Gini Rasio di Indonesia termaksud pada kategori petimpangan sedang.Sedangkan untuk tahun 2002-2007 rasio Kuznets menunjukan tidaklah terjadi ketimpangan yang mencolok,rasio dari bagian yang diterima oleh 20 persen penduduk terkaya hanyalah sekitar dua kali dan maksimum hanya 2,3 kali dari bagian yang diterima oleh 40 persen penduduk termiskin.

2.4   Cara Mencapai Masyarakat Adil dan Makmur
          Ada dua cara untuk mencapai masyarakat adil-makmur yakni:
a.Makmur dan Adil (Growth and Equity) dan
b.Makmur dengan adil (Growth with Equity)

2.4.1   Masyarakat Makmur dan Adil
             Cara untuk mengukur masayarakat adil makmur yang diutarakan pada seksi terdahulu adalah dengan cara terpisah anatara masyarakat makmur dan masyarakat adil.Dalam literature ekonomi pembangunan cara demikian ini dikernal dengan istilah tujuan pembangunan makmur dan adil (Growth and Equity objectifes).Dalam cara ini,semula dikejar kemakmuran (Tingkat pendapatan Nasional secara Maksimum),setelah kuenasionalnya besar baru dikejar keadilan (diadakan pembagian pendapatan nasional yang lebih adil tidak terlalu timpang).Cara ini adalah cara yang bisa diterapkan oleh Negara-negara maju.Pertumbuhan pendapatan nasionalnya dikejar agar terjadi penggunaan sumber produksi yang efisien (penerapan teori ekonomi tradosonal),Kemudian melalui berbagai kebijakan fiscal dikejar pemerataan.Tujuan pemerataan ini di usahakan melaluisistem pajak progresif (pajak penghasilan,pajak kekayaan,dan pajak pungutan lainnya) disertai dengan sistek kesejahteraan (bantuan) sosial yang massif untuk penduduk yang kurang beruntung dalam proses pembangunan ekonomi.Sistem kesejahteraan sosialnya terlihat dari pos pengeluaran dalam anggaran belanja Misalnya untuk pendidikan,kesehatan,bantuan untuk orang tua,ibu,ank,penganggur,pembayaran transfer secara langsung dan penyedian berbagai barang dan jasa untuk publik.Karena kebijaksanaan sosialnya yang masif ini kebanyakan Negara yang sebelumnya dikenal sebagai Negara kapitalis,kemudian (dewasa inin) dikenal sebagi Negara kesejahteraan (welfare states) seperti misalnya inggris,Negara-negara eropa barat,Kanada,Amerika Serikat ,dan sebagainya.Cara pencapaian tujuab seperti ini biasanya dianggap berhasil untuk Negara-negara maju karena sistem pajaknya diberlakukan dengan tegas,dan juga sistem bantuan sosialnya,tidaklah sebanyak Negara-negara sedang berkembang.Sistem yang terpisah ini dianggap tidak cocok untuk Negara berkembang.Pencapaian tujuan pembangunan dinegara maju biasanya ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang sedang (sekirar 3-5 persen pertahun) dengan tingkat ketimpangan yang kecil (Gini Rasio kurang dari 0,20)

2.4.2   Masyarakat Makmur dengan Adil
             Cara kedua yang dikenal dengan literatur ekonomi pembanguanan adalah cara gabungan,masyarakat makmur berkeadilan di mana kemakmuran dan keadilan dikejar dalam waktu kesamaan.Cara pencapaian ini dikenal dengan istilah tujuan makmur dengan adil (Growith with Equity objectives). Dasar logika dari pendekatan adalah bahwa pembangunan ekonomi terdiri dari serangakian proyek pembangunan,dari A sampai Z.Dalam mengimpemasikan setiap proyek mestinya tidak hanya dalam mengutamakan pertumbuhan ekonomi (penggunaan sumber produksi secara efisien),melainkan sekaligus mempertimbangkan bagaimana pembagian (distribusi) Keuntungan dari proyek tersebut.Pendekati ini di sponsor oleh lembaga-lembaga internasonal sperti Bank dunia (The World Bank),Organisasi pembangunan industri PBB(the United Nations Industrial DEveloment Organisation, UNIDO) program pembangunan PBB (The united nations Develoment Program,UNDP),Organisasi Negara-negara Maju (organization of economic cooperation and Develoment ,OECD) dengan cara menerapkan harga bayangan (mereka mempertimbangkan tujuan efisiensi (efficiency Objective),tujuan pertumbuhan (growth objective) dan tujuan pemerataan (distribution objective).Kalau harag bayangan diterapkan kepada semua input dan output setiap proyek  pembangunan,maka dapat diharapkan distribusi pendapatan tidak timpang tindih).
     Cara pencapaian yang kedua ini telah banyak diperdepatkan di Indonesia pada tahun 1976.Banyak dari menteri kabinet waktu itu lebih menghendaki cara pencapaian yang pertama (pertumbuhan dan pemerataan),yakni besarkan dahulu kue nasional baru dibagi-bagi .Namun,barang kali sebaian disebakan oleh tekana luar negeri,terutama bank dunia (Indonesia peminjaman besar dari bank dunia).Pendekata yang kedua terpaksa di setujui  dan diterapkan mulai pada p[elita 111 melalui delapan jalur pemerataan.

             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar